SIMALUNGUN - Serangan hama senantiasa melanda tanaman perkebunan di Indonesia, khususnya pada tanaman kelapa sawit dan berbagai upaya dilakukan untuk mengatasi serangan hama yang dialami.
Tentunya hal ini menjadi prioritas penanganan bagi perusahaan perkebunan seperti, PT Perkebunan Nusantara IV berupaya melindungi tanaman dengan mengatasi dan menangani serangan hama semaksimalnya.
Maka, pihak perusahaan berplat merah ini membuat parit isolasi di arealnya demi melindungi tanaman dari serangan hama dan pembuatan parit isolasi tersebut, berguna untuk menjamin keamanan dan kualitas tanaman serta hasil produksi yang baik nantinya.
Humas PTPN IV Khairul menyampaikan, perihal kebijakan pembuatan "parit Isolasi" yang dilaksanakan pihak PTPN IV di seluruh wilayah perkebunannya dalam pers rilis yang diterima awak media ini melalui pesan percakapan selularnya, Jumat (11/03/2022) sekira pukul 10.00 WIB.
"Tentu pembuatan parit isolasi tersebut, menjadi suatu pertanyaan bagi masyarakat. Mengapa, ternak (sapi atau lembu ; red) tidak diperbolehkan masuk ke areal tanaman muda kelapa sawit ?, " sebut Khairul di awal penyampaian pers rilisnya.
Khairul lebih lanjut menerangkan, bahwa akibat serangan ternak (sapi atau lembu ; red), maka beberapa dampak pada tanaman muda kelapa sawit akan terjadi.
Disebutkan, antara lain yakni, yang Pertama ialah, kesehatan tanaman terganggu, dikarenakan ternak sapi atau lembu mengkonsumsi (memakan ; red) daun tanaman kelapa sawit dan akibatnya proses fotosintetis terganggu,
Lanjutnya, terganggunya proses fotosintesis akan menghambat proses pembentukan bunga dan buahnya, alhasil dampaknya akan terjadi, penurunan kualitas, produksi dan produktivitas kelapa sawit.
Kemudian yang ke Dua ialah, Sebagai Vektor (pembawa ; red) penyakit pada tanaman kelapa sawit seperti, penyakit Ganoderma, Busuk Pangkal dan lainnya. Lalu yang ke Tiga ialah, mengakibatkan kondisi tanah menjadi padat, kerap dilalui oleh ternak sapi atau lembu.
Selain itu, yang ke Empat ialah, pada tanaman muda yang terserang berpotensi menyebabkan tanaman tersebut gagal menjadi tanaman yang produktif.
"Sesuai laporan, sebanyak 18 Kebun (62%) dari total 29 Kebun PTPN IV saat ini mengalami serangan ternak sapi dan lembu yang cukup berat, hal ini sangat mempengaruhi dengan kesehatan tanaman pada kebun tersebut, " papar Humas PTPN IV itu menambahkan.
Khairul juga menjelaskan, sesuai dengan Peraturan Menteri Pertanian Nomor 105/PERMENTAN/PD.300/8/2014 tahun 2014 yang mengatur usaha perkebunan kelapa sawit dengan usaha budidaya sapi potong.
"Dalam hal ini Kementerian Pertanian Republik Indonesia menyelenggarakan Program Integrasi Sawit-Sapi, yang dimana bertujuan untuk mendukung peningkatan populasi sapi potong, " jelas Khairul.
Kemudian, Khairul memaparkan, bahwa dalam pelaksanaan peningkatan populasi sapi potong yang sering dihadapi peternak saat ini, salah satunya yakni masih minim ketersediaan pakan berkualitas.
"Untuk itu pemerintah terus berupaya mengatasi permasalahan ini, dimana salah satunya melalui pengembangan sistem integrasi Sawit-Sapi, " jelasnya.
Dengan adanya integrasi Sawit-Sapi tersebut, lanjut Humas PTPN IV menerangkan, terkait keterbatasan pakan dapat dipenuhi dari pengelolaan limbah sawit.
"Yakni, dengan memanfaatkan pelepah sawit sebagai pakan sapi dan limbah sapi (kotoran ; red) sebagai pupuk tanaman sawit, " imbuh Khairul.
Pada prinsipnya, PT Perkebunan Nusantara IV sangat mengapresiasi tentang program Kementerian Pertanian RI tersebut dan dalam hal itu, PTPN IV juga telah menyediakan lahan tanaman tua kelapa sawit (umur 15 tahun ke atas).
"Pada lokasi tanaman berusia 15 tahun ke atas itulah, yang akan dipergunakan untuk budidaya ternak sapi atau lembu, " tegas Khairul mengakhiri pers rilisnya. (rel)